Welcome To My Blog

Rabu, 30 November 2011

PARA SAHABAT . . . . ..  .. 

Tugas Perkuliahan


TUGAS AGAMA ISLAM

Soal…..!!!!!!

1.      Dalam konteks ketuhanan dalam agama islam menganut paham “Monotoisme” bandingkan pemahaman tersebut dengan konsep ketuhanan pada agama nasrani, budha, dan konghuchu . . . . . !!!!!

2.      Apa perbedaan system perekonomian islam dengan system prokonomian konvensional . . . .!!!!

3.      Jelaskan korelasi antara Khaliq, mahluq, Dan Ahlaq . . . .!!!!!

4.      Apa yang menjadi konsep antara Akhalaq dalam Syahadat dan Shalat . . . .!!!!

5.      Bagaimana keyakinan kita terhadap rukun iman dapat membangun dan menguatkan keimanan kepada Allah SWT  . . . . .!!!!!!

Jawaban

1.     Konsep Ketuhanan Dalam Islam
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Tauhid dibagi menjadi 3 yaitu :
·         Tauhid kububiyah : merupakan Allah yang mengatur alam dan kehidupan ini
·         Tauhid mulryah    : merupakan Allah yang berkuassa didunia dan semesta
·         Tauhid ilahiyah     : mengesakan Allah dan tiada tuhan selain Allah.


Menurutal-Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim). Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Menurut al-Qur'an, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS al-An'am[6]:103) Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut al-Qur'an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.” Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi(29:46).  Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan non-Muslim.

Konsep keTuhan dalam Islam dan konsep keTuhan dalam Kristen

Islam dengan tegas menolak kepercayaan Kristen bahwa Tuhan itu tiga pribadi dalam satu hakekat (lihat Tritunggal). Dalam konsepsi Islam tentang Tuhan, tidak ada kesetaraan antara Tuhan dan ciptaan. Kehadiran Tuhan dipercaya ada dimanapun, dan tidak menjelma sebagai siapapun atau apapun. Kristen Barat merasa Islam sebagai agama kafir selama Perang Salib pertama dan kedua. Muhammad dipandang sebagai setan atau tuhan palsu yang disembah bersama Apollyon dan Termangant dalam trinitas yang tidak suci. Pandangan tradisional Kristen adalah bahwa Tuhan Muhammad sama dengan Tuhannya Yesus. Ludovico Marracci (1734), penerima pengakuan dosa Paus Innosensius XI, menyatakan: Muhammad dan pengikutnya yang menganggap ortodoks, telah dan melanjutkan untuk memiliki gagasan Tuhan yang asli dan logis dan sifat-sifat-Nya (selalu mengecualikan dan menolak Trituggal), muncul sangat jelas dari Qur'an itu sendiri dan seluruh kepercayaan akan Tuhan Muhammad, sehingga akan membutuhkan banyak waktu untuk menyangkal yang beranggapan Tuhan Muhammad berbeda dengan Tuhan sejati. Banyak pesan-pesan dalam Perjanjian Lama mengacu pada kasih Tuhan. Tema sentral dalam Perjanjian Baru adalah kasih Tuhan dalam perantaraan Yesus. Dalam Islam, kasih Tuhan muncul dalam seluruh tanda-tanda dan penciptaan Bumi dimana manusia dapat hidup dalam kehidupan yang layak.
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa; Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. al-Baqarah [2]:21-22)
Pujian umat Muslim kepada Tuhan yang paling umum adalah 'Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang'. Dua lainnya dari "asma'ul husna" Tuhan 'Maha Kasih sayang' (wadud) dan 'Maha Pemberi' (wahhāb). William Montgomery Watt berpegang bahwa Kristen memiliki lebih banyak tekanan dalam aturan tingkah laku Tuhan sebagai penggembala yang pergi mencari domba-domba yang hilang dan menyelamatkannya. Di sisi lain, Islam menolak sebagian doa bagi siapapun yang telah kafir. Dalam Islam, Watt mengatakan, Tuhan menyediakan nikmat bagi setiap golongan untuk mencapai kehidupan kekal (contoh: kehidupan di Surga) dengan mengirim utusan atau nabi untuk mereka. Islam juga mengembangkan doktrin perantaraan Muhammad pada Hari Kiamat yang akan menerima mereka dengan baik, meskipun yang berbuat dosa akan diadili atas dosa-dosa mereka baik di bumi maupun di neraka.



Konsep Ketuhanan Pada Agama Buddha

Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan 
Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal.
Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta,terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana satu makhluk tidak perlu lagi mengalami prosestumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.


Konsep Ketuhanan Dalam Agama Konghucu

Ru Jiao atau agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut sebagai Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman.

Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen).
Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hindu
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu,  dewa bukanlah Tuhan  tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat hindu menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1.      Widhi Tattwa  - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2.      Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3.      Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4.      Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5.      Moksa Tattwa  - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.


2.    Seperti yang kita tahu bahwa pijakan Bank umum adalah ekonomi konvensional, dan prinsip bank syariah berpijakan pada ekonomi islam. Dalam ekonomi konvensional, motif aktifitas ekonomi mengarah kepada pemenuhan keinginan (wants) individu manusia yang tak terbatas dengan menggunakan factor-faktor produksi yang terbatas, akibatnya, masalah utama ekonomi konvensional adalah kelangkaan (scarcity) dan pilihan (choices).
Dalam ekonomi konvensional, motif aktifitas ekonomi lebih diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar (needs) yang tentu ada batasnya. Dengan demikian, ekonomi islam adalah ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya denngan tujuan falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia akhirat).
Bila dilihat dari berbagai aspek inilah perbedaan antara ekonomi islam dengan ekonomi islam :

No
Aspek
Islam
Konvensional
1
Sumber
Al-Quran
Daya fikir manusia
2
Motif
Ibadah
Rasional matearialism
3
Paradigma
Syariaih
Pasar
4
Pondasi dasar
Muslim
Manusia ekonomi
5
Landasan fillosofi
Falah
Utilitarian individualism
6
Harta
Pokok kehidupan
Asset
7
Investasi
Bagi hasil
Bunga
8
Distribusi kekayaan
Zakat, infak, shodaqoh, hibah, hadiah, wakaf dan warisan.
Pajak dan tunjangan
9
Konsumsi-produksi
Maslahah, kebutuhan dan kewajiban
Egoism, materialism, dan rasionalisme
10
Mekanisme pasar
Bebas dan dalam pengawasan
Bebas
11
Pengawas pasar
Al-Hisbah
NA
12
Fungsi Negara
Penjammin kebutuhan minimal dan pendidikan melalui baitul mal
Penentu kebijakan melalui Departemen-departemen
13
Bangunan ekonomi
Bercorak perekonomian real
Dikotomi sektoral yang sejajar ekonomi riil dan moneter

Sekilas itulah yang menjadi perbedaan antara ekonomi syariah dan ekonomi konvensional, jadi kurang lebih hal-hal tersebutlah yang mendasari perbedaan antara prinsip bank syariah dengan bank konvensional. Perbedaan yang paling sering kita dengar di perbankan syariah dan konvensional adalah istilah bagi hasil dan bunga. Untuk jelasnya kita lihat perbedaan antara 2 sistem yang berbeda ini.
Bunga ( konvensional )
Bagi hasil ( islam )
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan
Penentuan besarnya nisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkiinan untung rugi
Besarnya presentasididasarkan pada jumlah modal yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
Bunga dapat mengambang dan besarnnya naik turun sesuai dengan naik turunnya kondisi ekonomi
Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa mempertimbangkan apakah usaha yang dijalankan untung atau rugi.
Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian ditangggung bersama.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan berlipat
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan.
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama.
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasill

3.    Khaliq artinya yang menciptakan,makhluk artinya cipta (ciptaan allah), dan akhlaq artinya sifat atau perilaku yang ada pada diri manusia sejak ia lahir.
Hubungan antara khaliq,makhluq dan akhlaq sangat erat. Allah menciptakan makhluk yang paling sempurna di dunia ini. Makhluk sebagai khalifah di muka bumi ini untuk menjaga bumi ini dan melestarikan isi bumi. Manusia diberi akhlak sejak lahir agar dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sesungguhnya
allah menciptakan manusia dengan akhlak yang sebaik-baik nya, tapi bagaimana cara manusia menyesuaikannya.

4.    Shalat merupakan ibadah yang sangat penting di dalam Islam, dan menjadi ciri khas umat Islam. Sekali saja seorang muslim dengan sengaja tidak melaksanakan shalat wajib, berarti dia telah melakukan suatu amal dosa besar.
Dampak shalat dapat terlihat dari akhlak seseorang. Karena seseorang yang shalat dengan benar dan khusyu, maka akhlaknya pun akan terjaga dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabuut: 45)
Syahadat merupakan pokok ajaran Islam dan pondasi keimanan. Kalimat Tauhid, Laa Ilaaha Illallah, merupakan intisari dakwah yang telah diserukan oleh para nabi dan rasul. Kalimat Syahadat yang selalu diucapkan umat Islam dalam adzan, sholat, zikir, dan berbagai kesempatan lainnya merupakan salah satu sarana untuk memperbaharui keimanan.         Syahadat adalah asas dan dasar bagi rukun islam, inti dan landasan nagi seluruh ajaran agama islam, syahadat biasa juga disebu syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat ( dalam bahasa arab, syahadatain berarti 2 kalimat syahadat ):
Kalimat pertama yaitu : “Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh” yang artinya “ saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah SWT”
Kalimat ke dua yaitu : “Asyhadu Anna muhammadarrasulullah” yang artinya “ dan saya bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT “
5.    Rukun iman ada 6 yaitu :

1.      Iman kepada Allah.
Patuh dan taat kepada ajaran dan hukum-hukum Allah.
2.      Iman kepada malaikat-malaikat Allah.
Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta.
3.      Iman kepada kitab-kitab Allah.
Melaksanakan ajaran kitab-kitab Allah hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an.
Al-Qur'an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab-kitab Zabur, Taurat, dan Injil.
4.      Iman kepada rasul-rasul Allah.
Mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran.
5.      Iman kepada hari kiamat.
Faham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan.
6.      Iman kepada Qada dan Qadar.
Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta.
Rukun iman merupakan landasan kita menuju keimanan yang sempurna, dengan melakukan semua yang dijelaskan dalam rukun iman tsb, dengan kita melakukan apa yang dijelaskan dalam rukun iman tersebut, maka secara otomatis akan menambah serta memperkuat keimanan kita terhadap Allah SWT, secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman diambil dari kata kerja 'aamana' -- yukminu' yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Ini merupakan landasan kedua setelah Rukun Islam, dan dilanjutkan oleh rukun iman sebagai memperkuat ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan system keyakinan atas semua Ciptaan dan Kekuasaan Allah SWT.